Oleh: Aang Kunaifi
Political Trainer and Motivator.
Apa yang menyebabkan dan menjadi alasan bagi para kontestan agar mau terus berjuang dalam kontestasi politik? Salah satunya karena ada keyakinan di dalam hati mereka, yakin kalau mereka akan terpilih.
Sekecil aja apa pun keyakinan itu, ia akan berdampak. Maka semakin besar, akan semakin bagus. Tapi jangan terlalu besar, justru akan membuat para kontestan jadi bermalasan. Mereka akan merasa bahwa tanpa berjuang, mereka tetap akan terpilih.
Tapi jika keyakinan itu tidak ada, para kontestan pun tidak akan mau berjuang. Untuk apa berjuang, capek-capek kampanye, silaturahmi politik, jika bisa dipastikan mereka tidak akan terpilih. Mungkin mereka tetap mau berjuang, jika ada alasan dan motivasi serta target yang lain, selain keterpilihan di pemilu.
Keyakinan kalau akan terpilih di pemilu itu dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satunya karena ada pengalaman. Karena itu, para incumbent biasanya mempunyai keyakinan tersebut. Salah satunya karena pengalaman, selain tentu saja karena kepemilikan atas resources dan penguasaan jaringan dan simpul suara.
Pengalaman yang dibutuhkan itu tidak hanya pengalaman dalam hal kemenangan. Pengalaman mengikuti pemilu-pemilu sebelumnya, bisa saja menumbuhkan keyakinan, pun pengalaman-pengalaman tersebut berisi kekalahan demi kekalahan.
Selain melalui pengalaman, keyakinan untuk memenangi kontestasi politik, bisa juga didapatkan melalui social modeling, yaitu membandingkan diri kita secara utuh dengan sosok politisi lain yang berhasil mendapatkan kursi. Social modeling ini, jika dijalankan secara tepat, sangat bisa dalam menumbuhkan keyakinan.
Tapi ia harus dijalankan secara utuh dan tepat sasaran. Jika tidak, justru bisa berdampak sebaliknya. Alih-alih mendapatkan tambahan keyakinan, yang ada malah memunculkan perasaan minder dan insecure.
Tapi pada akhirnya, dua cara di atas, sesungguhnya bersifat netral. Ia bisa positif dan bahkan negatif, sangat bergantung kepada siapa yang menjalaninya. Pengalaman kegagalan misalnya, bagi sebagian politisi, ia bisa menumbuhkan keyakinan dan memunculkan semangat. Tapi bagi politisi yang lain, ia bisa menjadi traumatik. Fenomena terakhir ini malah sering saya jumpai.
Karena itu, penting bagi seorang politisi untuk memiliki mindset bertumbuh, atau growth mindset. Dengan mindset ini, pengalaman dan social modeling, akan berdampak positif. Mindset ini akan memunculkan keyakinan, bahwa siapa saja, tetap berpeluang untuk memenangi kontestasi politik.
Mungkin di pemilu-pemilu sebelumnya, seorang politisi terus mengalami kekalahan dan kegagalan. Tapi dengan growth mindset, ia tetap akan bisa menjaga optimisme dan merawat asa, bahwa kegagalan bukan batas akhir dari kemampuan. Bahwa kegagalan hanya sebatas umpan balik.
Dengan growth mindset, pengalaman-pengalaman kemenangan dan keberhasilan, juga akan berdampak positif. Bahwa kemenangan-kemenangan di masa lalu, bukan jaminan bahwa di masa depan, kemenangan tersebut tetap akan dijumpai.
Growth mindset akan mengajarkan bahwa kemenangan adalah untuk mereka yang mau berusaha, bahwa kemenangan adalah untuk mereka yang terus belajar, bahwa kemenangan adalah untuk mereka yang menjaga optimisme.
Dengan growth mindset, social modeling akan membawa dampak positif. Jika social modeling dijalankan dengan fixed mindset, justru akan memunculkan perasaan minder dan insecure.
Itu lah kenapa, penting bagi seorang politisi untuk memiliki growth mindset, dan menghindarkan dirinya dari fixed mindset. Growth mindset akan membuat seorang politisi terus berkeyakinan bahwa ada harapan untuk memenangi kontestasi politik.
Tapi sebaliknya, jika mindset yang dimiliki adalah fixed mindset, maka jangan heran jika politisi tersebut tidak memiliki keyakinan untuk memenangi pertarungan dalam kontestasi politik.
Jika hal itu yang terjadi, jangan heran kalau ia tidak akan mau berjuang, tidak akan mau berusaha. Karena politisi yang mau berjuang, mau berusaha, adalah politisi yang mempunyai keyakinan bahwa dirinya akan berhasil memenangi kontestasi politik.
*Ak



